Dayak Kanayatn

Dayak Kanayatn

Senin, 07 November 2011

Gubernur Kalbar Terima Penghargaan Investasi

Menurut Kepala Badan Penanaman Modal Daerah Kalbar, Drs. Yoseph Alexander, M.Si, rencananya penghargaan itu akan diterima Gubernur Kalbar, Cornelis, dari Menteri Koordinator Perekonomian, Hatta Rajasa, di Jakarta, Rabu
“Ada sejumlah kriteria sehingga Kalbar berhak mendapatkan penghargaan tersebut, di antaranya terlihat dari pertumbuhan produk domestik regional bruto (PDRB) yang terus meningkat sejak tahun 2009 dari 4,76 persen menjadi 6,89 persen pada 2011,” katanya di Pontianak, Senin (10/10).
Selain itu, lanjut Alex, begitu ia akrab disapa, kriteria lainnya yaitu tingkat pengangguran juga turun dari 11,07 persen pada 2008 menjadi 8,5 persen pada 2011.
“Sedangkan untuk nilai investasi, tahun 2008 rencana investasi tercatat sebesar Rp43 triliun untuk penanaman modal dalam negeri dengan realisasi Rp5 triliun,” jelasnya.
Angka tersebut terus meningkat menjadi Rp53 triliun untuk rencana investasi pada Semester I 2011, realisasinya Rp9 triliun.
Sementara untuk penanaman modal asing, rencana investasi ada 2008 sebesar 2,4 miliar dolar AS; realisasinya 786 juta dolar AS.
"Untuk Semester I Tahun 2011, rencana investasi 9 miliar dolar AS, realisasnya 1,284 miliar dolar AS," kata Alex.
Investasi yang paling diminati di sektor perkebunan berupa pengembangan dan industri pengolahan, industri sawit dan karet. Di sektor kelautan dan perikanan, berupa perikanan tangkap dan budi daya; sektor pertambangan pembangunan smelter atau chemical grade alumina Mempawah dan eksplorasi batu bara; pengembangan kawasan pangan serta peternakan.
Dukungan infrastruktur untuk mendorong investasi di Kalbar diantaranya pembangunan jalan lintas Kalimantan, Jembatan Tayan, pengembangan pelabuhan, bandar udara, pemenuhan kebutuhan listrik serta pembangunan jalan kereta api.
Di bidang perizinan, juga telah dibentuk pelayanan terpadu satu pintu. Dan ini sudah terbentuk di tingkat provinsi, serta kabupaten dan kota di Kalbar
“Sekarang Kalbar juga tengah dalam tahap implementasi dari Sistem Pelayanan Informasi dan Perizinan Investasi Secara Elektronik (SPIPISE). "Berupa pelatihan, penyiapan ruangan, serta peralatan pendukung," tambah Yoseph Alexander.
Kepala Biro Humas dan Protokol Pemprov Kalbar, M Ridwan, mengatakan, penghargaan tersebut bentuk dari kerja keras Gubernur beserta seluruh jajaran di lingkungan Pemprov Kalbar.
"Itu juga menunjukkan bahwa Kalbar merupakan daerah yang aman, tepat dan menguntungkan untuk berinvestasi," tambah Ridwan.

Ngayau


Ngayau
Ngayau adalah salah satu tradisi masyarakay Dayak pada jaman dahulu. Tradisi ini tergolong kejam dan mengerikan. Dahulu, sudah menjadi kebiasaan suku-suku primitif di mana-mana, bahwa untuk mempertahankan dan memperluas wilayah kekuasaan, mereka sering melakukan perang antar suku. Dlam melakukan peperangan tersebut, terdapat sebuah kebiasaan yaitu memenggal kepala musuh serta membawanya ke kampung mereka. Kebiasaan tersebut sering disebut juga sebagai kayau, atau ngayau. Tidak semua prajurit perang berani dan mampu melakukan hal tersebut. Hanya beberapa orang saja yang memiliki keberanian lebih dan mau melakukan ngayau. Oleh sebab itu, mereka yang berani melakukan kayau banyak diperebutkan oleh para wanita suku Dayak Pedalaman karena dianggap mampu melindungi mereka dengan keberaniannya. Kepercayaan lain yang mendorong mereka mau melakukan kekejaman tersebut juga karena adanya keyakinan bahwa dengan memenggal kepala musuh tersebut, maka roh si musuh tidak akan gentayangan dan mengganggu mereka. Tidak semua musuh boleh dipenggal kepalanya. Wanita dan anak-anak tidak boleh di kayau. Mereka hanya boleh diperbudak saja. Beberapa upacara adat pun mereka lakukan untuk menenangkan roh si musuh, dengan memberikan sejumlah sesaji dalam upacara adat yang bernama Tiwah. Dimaksudkan, agar roh mereka yang di Kayau dapat tenang melangkah ke langit ke tujuh dan tidak gentayangan membalas dendam. Kesepakatan Meninggalkan Tradisi Ngayau Kesadaran untuk hidup dalam situasi yang damai dan tentram serta kesepakatan untuk berbagi daerah dan hidup bersama dalam kerukunan, menyebabkan diadakannya Rapat Damai Tumbang Anoi pada 1894. Para petinggi suku Dayak Pedalaman menyepakati untuk tidak lagi saling membunuh, saling memenggal kepala, serta saling memperbudak. Selanjutnya, upacara adat yang memerlukan kepala manusia diganti dengan kepala kerbau atau binatang lainnya.